(Oleh: DR. Dra. Benedicta J. Mokalu, MSi / Sosiolog Unsrat)
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar mengumpulkan tokoh-tokoh dari berbagai partai dan organisasi keagamaan. Pertemuan dilakukan di rumah Muhaimin di Warung Sila, Ciganjur, Jakarta Selatan, Selasa (23/5/2017). Muhaimin mengatakan, ia mengumpulkan tokoh-tokoh tersebut karena munculnya kekhawatiran akan kondisi bangsa. Belakangan, kebinekaan suku dan agama dianggap sebagai pemecah, bukan lagi pemersatu bangsa.
Muhaimin mengatakan, dalam pertemuan diputuskan bahwa para pimpinan partai politik maupun organisasi keagamaan harus mampu membimbing umatnya membangun rasa saling percaya. Terutama saat menghadapi suatu permasalahan bangsa. “Sebagai pemimpin, kita dituntut memberikan contoh dan inspirasi sehingga mampu mengajak umat terus menjaga tali persaudaraan. Hadapi masalah apapun reaksinya harus proporsional.” Perbedaan merupakan hal yang biasa dan alamiah. Jangan sampai perbedaan itu dihadapi dengan reaksi berlebihan. Ajakan Muhaimin secara singkat mengungkapkan bahwa:
1. Ada pengakuan bahwa keadaan sosial bangsa saat ini benar-benar memprihatinkan sehingga butuh penanganan khusus. Besyukur bahwa masih ada politisi yang mau berkata jujur dengan realitas bangsa ini. Persoalan yang sangat serius dan mendesak saat ini adalah menemukan format baru untuk menggerakkan masyarakat agar bersama-sama mau mengamankan kampung halaman masing-masing sehingga bisa pastikan semua orang tidak terlibat tindakan radikalis dan teroris.
2. Intelijen negara seharusnya bergerak lebih cepat guna membuat format baru dengan mengedepankan semua elemen masyarakat. “Adalah aneh kita kecolongan terus.” Berarti ada yang salah dalam implementasi semua keputusan di level bawah. Kalau sinyalemen ini benar ada yang salah,maka harus segera berbenah sehingga peran negara benar-benar ada digarda terdepan. Jelas,bangsa ini butuh tindakan nyata dari Eksekutif,Legislatif dan Judikatif. Demi keselamatan bangsa dan negara Presiden segera terbitkan dekrit tentang menangkal radikalisme dan terorisme. Selain itu, adalah sangat mendesak melakukan evaluasi total akan peran inteligen negara guna merumuskan kembali visi dan misi terutama penguatan dengan Undang-Undang agar dalam melaksanakan tugas Polisi dan TNI (bila dibutuhkan) akan lebih dinamis dan flesibel tetapi tetap tegas mengikuti gerak jaman. Tindakan preventif lain, harus melakukan kanalisasi daerah potensi sumber radikalis dan teroris dengan pengawasan terpadu terhadap semua aktivitas dan keberadaan anggota masyarakat dengan memberi tanda khusus.
Meningkatkan sinergis secara maksimal fungsi dan peran birokrasi pemerintah dari level paling atas hingga ke level paling bawah. Kalau sudah berfungsi maksimal mestinya akan meningkatkan daya tangkal,daya cegah semua bentuk radikalis dan intoleransi. Hampir setiap pelaku Bom tidak terdeteksi oleh aparat Desa dan Kelurahan,padahal di sana sudah ada aparat keamanan.
3. Politisi dan kaum agamawan harus bertanggungjawab menghadapi kekisruan bangsa ini karena kurang cerdas mengatur mulut, dan kurang pintar kendalikan nafsu mau tonjolkan diri sendiri sebagai orang hebat. Berkaca dari Pilkada DKI Jakarta sebenarnya ada banyak pihak yang ikut memancing ikan di padang pasir. Tebaran fitnah dan kebencian serta teror atas nama agama dipertontonkan dengan terbuka dan sangat semarak. Anehnya,masyarakat setempat bersama-sama melindungi para siluman pemajang spanduk penebar kebencian dan ancaman sehingga tidak ada orang yang patut disalahkan. Kalaupun ada biasanya hanya orang-orang kecil,orang-orang partisipan. Memang orang-orang pintar di negeri ini sangat pintar berkilah,mereka licik bagaikan belut sehingga sangat sulit disangkakan kepadanya,karena bagi mereka yang terpenting adalah tujuan ketimbang cara yang digunakan.
4. Semua orang yang menghendaki bangsa ini aman,terkendali, hanya tertegun lesu dengan perasaan bercampur aduk;marah,jengkel,kesal,serta diikuti dengan rupa-rupa komentar negative sebagai ungkapan tidak puas terhadap kinerja aparat negara,KPU,Bawaslu,dllnya.
Kekuatiran Muhaimin Iskandar mewakili suasana bathin mayoritas warga bangsa ini boleh dibilang ada benarnya. Namun, jika dikomparasikan dengan sikap ibu-ibu Jemaat Advent Teling Bawah Manado,seperti ditampilkan dalam foto di atas ini,maka ada pengajaran berharga dalam hidup berbangsa. Pertama,hadapi hidup ini dalam semangat kebersamaan dengan penuh pengharapan dalam iman. Kuncinya adalah doa yang benar akan menghasilkan kebenaran dalam setiap tutur kata dan tindakan sehingga mampu mengalahkan nafsu liar. Kedua,hadapi hidup ini dengan tersenyum. Senyum mengalahkan senapan dan kebencian sekalipun harus tetap waspada karena banyak orang sudah tidak punya waktu untuk tersenyum,tetapi kita harus tetap optimis bahwa hanya dengan tersenyum bersama-sama sebagai bangsa kita mampu kalahkan semua bentuk perilaku intoleran.